Siapakah SAYA



siapakah saya?

apakah saya manusia paling ganteng yg gak mau menerima istri yg jelek rupa
apakah saya manusia yg paling sempurna yg gak mau menerima istri atau anak yg cacat
apakah saya manusia yg paling berkuasa yg gak mau menerima siapun yg saya tidak suka

ternyata saya adalah :

manusia yg d ciptakan dari segumpal tanah yg menjijikkan
manusia yg d uji dengan kesempurnaan ataupun kecacatan jasmani dan rohani
manusia yg d takdirkan untuk menyayangi dan bertanggung jawab dengan ap yg mereka pimpin

Sesungguhnya seorang pemimpin tidak memiliki hak untuk meninggalkan pengikutnya dalam kondisi apapun, ia wajib menyayangi pengikutnya dalam senang dan duka.

cintaku padamu krn Agama yg ada pada dirimu, takkan pernah hilang selama Agama itu masih ad padamu.

bestk43l

Hartamu dan Anak-anakmu adalah FITNAH


Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Al-Anfal: 28)

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (At-Taghabun : 15)

Ada 2 ayat dalam Al Quran yg menyebut harta dan anak adalah fitnah, fitnah yg dimaksud d sini bukanlah fitnah dalam kamus bahasa Indonesia yaitu setiap perkataan yg bermaksud menjelekkan orang, seperti menodai nama baik atau merugikan kehormatannya. Fitnah yg d maksud d sini adalah cobaan yg dapat menjerumuskan manusia kepada banyak dosa dan kemaksiatan atau sebaliknya dapat menjadi peluang meraih pahala yang besar dari Allah SWT.

Fitnah di sini juga dalam arti bisa menyibukkan atau memalingkan dan menjadi penghalang seseorang dari mengingat dan mengerjakan amal taat kepada Allah, seperti yang digambarkan oleh Allah tentang orang-orang munafik sehingga Dia menghindarkan orang-orang beriman dari kecenderungan ini dalam firman-Nya, "Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi". (Al-Munafiqun: 9). Rasulullah saw juga menyebut kedua kemungkinan ini dalam hadits Aisyah ra ketika beliau memeluk seorang bayi, "Sungguh mereka (anak-anak) dapat menjadikan seseorang kikir dan pengecut, dan mereka juga adalah termasuk dari haruman Allah swt".

Fitnah anak dalam arti bisa mengganggu dan menghentikan aktivitas seseorang pernah dirasakan juga oleh Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Daud dari Abu Buraidah bahwa ketika Rasulullah saw sedang menyampaikan khutbahnya kepada kami, tiba-tiba lewatlah kedua cucunya Hasan dan Husein mengenakan baju merah sambil berlari dan saling kejar mengejar. Begitu melihat kedua cucunya, Rasulullah kontan turun dari mimbar dan mengangkat keduanya seraya mengatakan, "Maha Benar Allah dengan firman-Nya : (Sesungguhnya harta dan anak-anak kamu adalah fitnah). Aku tidak sabar melihat keduanya sampai aku menghentikan ceramahku dan mengangkat keduanya". Dalam konteks ini, Ibnu Mas'ud mengajarkan satu doa yang tepat tentang harta dan anak. Beliau mengungkapkan, "Janganlah kalian berdoa, dengan doa ini, Ya Allah, lindungilah kami dari fitnah". Karena setiap kalian ketika pulang ke rumah akan mendapati harta, anak dan keluarganya bisa mengandungi fitnah, tetapi katakanlah, ya Allah aku berlindung kepada engkau dari fitnah yang menyesatkan".

Secara korelatif tentang fitnah harta dan anak dalam surah At-Taghabun, Imam Ar-Razi dalam At-Tafsir Al-Kabir menyebutkan, karena anak dan harta merupakan fitnah, maka Allah memerintahkan kita agar senantiasa bertaqwa dan taat kepada Allah setelah menyebutkan hakikat fitnah keduanya, "Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung". (At-Taghabun: 16). Apalagi pada ayat sebelumnya, Allah menegaskan akan kemungkinan sebagian keluarga berbalik menjadi musuh bagi seseorang, "Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (At-Taghabun: 14)

Sedangkan tentang fitnah harta dan anak dalam surah Al-Anfal, Sayyid Quthb menyebutkan korelasinya dengan tema amanah "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui". (Al-Anfal: 27), bahwa harta dan anak merupakan objek ujian dan cobaan Allah swt yang dapat saja menghalang seseorang menunaikan amanah Allah dan Rasul-Nya dengan baik. Padahal kehidupan yang mulia adalah kehidupan yang menuntut pengorbanan dan menuntut seseorang agar mampu menunaikan segala amanah kehidupan yang diembannya. Maka melalui ayat ini Allah swt ingin memberi peringatan kepada semua khalifah-Nya agar fitnah harta dan anak tidak melemahkannya dalam mengemban amanah kehidupan dan perjuangan agar meraih kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat. Dan inilah titik lemah manusia di depan harta dan anak-anaknya. Sehingga peringatan Allah akan besarnya fitnah harta dan anak diiringi dengan kabar gembira akan pahala dan keutamaan yang akan diraih melalui sarana harta dan anak.

Lebih jauh, korelasi ayat di atas dapat ditemukan dalam beberapa ayat yang lain. Al-Qurthubi misalnya, menemukan korelasinya dengan surah Al-Kahfi: 46 yang bermaksud, "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan", bahwa harta kekayaan dan anak wajar menjadi perhiasan dunia yang menetramkan pemiliknya karena pada harta ada keindahan dan manfaat, sedangkan pada anak ada kekuatan dan dukungan. Namun demikian kedudukan keduanya sebagai perhiasan dunia hanyalah bersifat sementara dan bisa menggiurkan serta menjerumuskan. Maka sangat tepat jika ayat "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar". (At-Taghabun: 15) dan ayat "Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi".(Al-Munafiqun: 9) menjadi pengingat jika kemudian terjadi harta dan anak justru menjauhkan pemiliknya dari Allah swt.

Berbeda dengan At-Thabari, ia memahami korelasi kontradiktif ayat ini dengan surah Ali Imran ayat 38, Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". Menurut Ath-Thabari, secara tekstual ayat ini bisa dipahami bertentangan dengan ayat yang memberi peringatan akan kemungkinan bahaya dan fitnah yang ditimbulkan dari harta dan anak. Padahal nabi Zakaria sendiri berdoa agar dikaruniakan keturunan yang banyak. Maka pemahaman yang cenderung kontradiktif ini diluruskan sendiri oleh Ath-Thabari dengan mengemukakan bahwa anak yang di pohon oleh Zakaria adalah anak keturunan yang shaleh yang bisa memberi manfaat di dunia dan akhirat. Sedangkan yang dikhawatirkan adalah kriteria harta dan anak yang justru melalaikan dari mengingat Allah swt seperti yang Allah tegaskan dalam salah satu firman-Nya, "Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi". (Al-Munafiqun: 9). Dalam konteks ini, Nabi Muhammad sendiri pernah mendoakan harta dan anak yang banyak kepada sahabat Anas bin Malik ra, "Ya Allah perbanyaklah untuknya harta dan anak, dan berkahilah setiap apa yang Engkau anugerahkan kepadanya".

Demikian keseimbangan yang diajarkan oleh Allah swt dalam menyikapi fitnah harta dan anak yang menduduki posisi tertinggi dari titik lemah manusia. Harta dan anak memiliki potensi yang sama dalam menghantarkan kepada kebaikan atau menjerumuskan seseorang kepada dosa dan kemaksiatan. Sudah sepantasnya peringatan Allah dalam konteks fitnah harta dan anak senantiasa yang sering kita ingat karena hanya peringatan Allah yang mencerminkan kasih sayang-Nya yang layak untuk diingat, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". (At-Tahrim:6).

sumber : dakwatuna.com

HATI-HATI terhadap perbuatan ZALIM


Kezaliman terbagi dua, yaitu menzalimi diri sendiri, dan menzalimi orang lain. Menzalimi diri sendiri ada dua bentuk yaitu syirik dan perbuatan dosa atau maksiat. Menzalimi orang lain adalah menyakiti perasaan orang lain/ aniaya, mensia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan. Zalim secara istilah mengandung pengertian “berbuat aniaya/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara-cara bathil yang keluar dari jalur syariat Agama Islam”.

Diantara perbuatan-perbuatan zalim yang mengotori hati yaitu, sombong, dengki (tidak suka terhadap kebahagian orang lain), ghibah (membicarakan keburukan orang lain), fitnah (menuduh tanpa bukti yang kuat), adu domba (bermuka dua), dusta (bohong), ujub (bangga diri dengan merendahkan orang lain), dan lain sebagainya. Dalam pergaulan dan interaksi kita dengan orang lain, sebaiknya benar-benar menjaga perkataan dan sikap kita agar tidak menyinggung dan menyakiti persaan orang lain, apalagi sampai berbuat zalim. Kalau kita tidak sengaja melakukan kesalahan kepada orang lain saja, kita harus segera minta maaf, terlebih lagi bila kita dengan sengaja melakukannya.

Allah SWT telah mengingatkan dalam Al Qur’an bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Zaljalah : 7-8 “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya juga“.

Yang lebih berbahaya lagi, apabila kita menyakiti seseorang dan orang tersebut tidak ikhlas, serta berdoa memohon kepada Allah, mengadukan kezaliman yang menimpanya dan memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah. Serta dalam doanya, ia menyatakan bahwa ia tidak ikhlas atas perbuatan zalim yang dilakukan seseorang, maka tunggu saja, keadilan dari Allah, pasti akan mendatangi orang yang telah menzaliminya, entah itu didunia ini atau diakhirat kelak. (lihat hadits No. 4 di bawah, tentang perbuatan zalim yang tidak dibiarkan oleh Allah SWT, yaitu kezaliman yang dilakukan seorang terhadap orang lain).

Allah SWT tidak suka terhadap perbuatan zalim, perhatikan firman-Nya berikut ini : “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS Ali Imran [3] : 57).

Dan perhatikan juga firman-Nya yang lain: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS. Asy Syuura [42] ; 40)

Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran tentang larangan dan akibat dari perbuatan zalim
“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka) . Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim,” (QS. Al A’raaf [7]: 41)
“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): “Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul.” Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim” (QS : Al A’raaf [7 ] : 44)
“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS Al Qashash [28]:59)
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman…….” (QS. Yunus [10]:13)
“Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu pelajaran bagi kaum yang mengetahui.” (QS. An Naml [27]:52)

Zalim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Asy-Syura : 42 “Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih“.

Allah SWT melarang perbuatan zalim, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya di Surah Ibrahim ayat 42-45 : “Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan.”.

Berikut beberapa hadits Rasulullah SAW tentang larangan berbuat zalim :
Dari Abu Dzar Al-Ghifari ra dari Nabi SAW bersabda meriwayatkan firman Allah ‘azza wa jalla, berfirman, “Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-hambaKu, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah itu kepada-Ku, niscaya kuberikan hidayah itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang-orang yang aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian adalah orang-orang tidak berpakaian, kecuali orang-orang yang telah Kuberi pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa di malam dan siang hari sedangkan Aku akan mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian semua. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak dapat mendatangkan kemanfaatan bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak akan dapat mendatangkan bahaya bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian dapat membahayakan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun jin, semuanya bertakwa dengan ketakwaan orang yang paling takwa di antara kalian, hal itu tidak menambah sedikit pun dalam Kerajaan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin, berdiri di atas satu dataran lalu meminta apa pun kepada-Ku, lalu aku penuhi semua permintaan mereka, hal itu sedikit pun tidak mengurangi kekayaan yang Aku miliki, hanya seperti berkurangnya air samudra ketika dimasuki sebatang jarum jahit (kemudian diangkat). Wahai hamba-hambaKu, semua itu perbuatan kalian yang Aku hitungkan untuk kalian, kemudian Aku membalasnya kepada kalian. Maka barang siapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah, dan barang siapa mendapatkan selain itu, hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendirinya.” (HR. Muslim)

Dari Anas r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Hendaklah kamu menolong saudaramu yang menganiaya dan yang teraniaya“, sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, (benar) aku akan menolong apabila ia dianiaya, maka bagaimana cara menolongnya apabila ia menganiaya?” . Beliau menjawab: “Engkau cegah dia dari (perbuatan) penganiayaan, maka yang demikian itulah berarti menolongnya” (HR. Bukhari)

Dari Abi Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: “Tahukah kamu siapa yang bangkrut itu?“, mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang“ (kemudian) Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis, sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk di berikan kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi) dilemparkankedalam neraka (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, “Kezaliman itu ada 3 macam: Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, Kezaliman yang dapat diampunkan Allah, dan kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah. Adapun kezaliman yang tidak diampunkan Allah adalah syirik, firman Allah SWT: “Sesunggahnya syirik itu kezaliman yang amat besar!”, adapun kezaliman yang dapat diampunkan Allah adalah kezaliman seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap Allah, Tuhannya. DAN KEZALIMAN YANG TIDAK DIBIARKAN ALLAH ADALAH KEZALIMAN HAMBA-HAMBA-NYA DI ANTARA SESAMA MEREKA, KARENA PASTI DITUNTUT KELAK OLEH MEREKA YANG DIZALIMI.” (HR. al-Bazaar & ath-Thayaalisy)

Apabila kita berbuat salah terhadap orang lain, kita harus segera minta maaf, selagi kita masih hidup dan untuk memperingan siksa di akhirat nanti. Abu Hurairah r.a. berkata: “Nabi SAW bersabda: “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR. Bukhori, Muslim)

Setelah kita mengetahui bahayanya perbuatan zalim yang dapat membuat kita menjadi seorang hamba yang bangkrut di akhirat kelak, marilah kita selalu menjaga diri kita, agar tidak berbuat zalim terhadap sesama.

Sumber : jalandakwahbersama.wordpress.com

Mengalah untuk MENANG


Manusia diciptakan sebagai mahluk lemah dan tak berdaya, manusia lahir d dunia tanpa busana dan amat sangat lemah sehingga ia bergantung kpd sang ibunda. tetapi jarang sekali manusia yang menyadarinya, mereka kerap membanggakan kelebihan dirinya, sifat sombong dan takabur kerap mendominasi sifat manusia.
Al Qur’an menerangkan, pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan orang lain adalah pribadi yang bakhil dalam arti egois dan tidak mau menyumbang atau membelanjakan hartanya di jalan kebajikan (Al-Lail: 8-10, Ali-Imran:175, dan Muhammad: 38), tidak mau saling menolong (ta’awun) atau lebih suka menerima daripada memberi (Al-Ma’arij:19-21), memiliki sifat marhun dan takabbur yaitu sifat sombong dan merasa diri lebih besar dan berharga daripada orang lain (Al-Isra: 37, Luqman:18 hal.180-181), orang yang memiliki sifat ini akan mudah melakukan hal-hal yang negatif terhadap orang lain, seperti su’uszhan (berpikir negatif), tajassus yaitu suka mencari-cari kesalahan orang lain, sedang kesalahan sendiri tidak diperhatikan, ghibah yaitu menggunjing sesama dan sebagainya (lihat Q.S. Al-Hujurat:12).

Egoisme adalah sifat fitrah manusia, itulah kenapa manusia selalu merasa paling.... paling benar, paling pinter, paling berjasa, paling bla..bla..bla.. itulah manusia yang tidak menyadari dari mana manusia berasal dan akan kemana manusia akan kembali….
manusia merasa akan hidup selamanya dan tidak sadar akan kematian yg mengintainya

Dalam sebuah hubungan, baik pertemanan, rumah tangga, pekerjaan atau hubungan muamalah lainnya sifat egoisme manusia kerap terjadi, bahkan sifat inilah yg sering membuat perpecahan sebuah hubungan...
Manusia tidak menyadari bahwa hakikat kebahagiaan adalah bisa membahagiakan orang lain, bisa membuat orang lain tersenyum itulah hakikat kebahagiaan
tapi manusia merasa bisa bangga, menang dan puas jika bisa membuat orang lain sedih dan menangis…..itulah sifat egois manusia

Nah bagaimana cara menyikapi keegoisan sifat dari kita sendiri atau pasangan kita itu sangat penting sekali, kita harus bisa saling mengisi satu sama lain.
Mengalah adalah kunci dari sebuah usaha dalam mempertahankan sebuah hubungan, ketika keegoisan kita mulai mendominasi, kita harus bisa menanamkan sebuah pikiran, mana yg lebih penting menunjukkan sifat egois kita atau mempertahankan hubungan kita, jika sebuah komitmen (rumah tangga, persahabatan, hubungan kerja, dll) telah kita jalin maka usaha kita untuk mempertahankannya sangat penting sekali karena mudah sekali membangun sebuah komitmen tetapi sulit sekali memelihara dan mempertahankannya...
Intinya : mengalah ketika pasangan/ sahabat mulai memperlihatkan keegoisannya bukan berarti menunjukkan bahwa kita adalah orang yg lemah, tetapi justru sebaliknya mengalah menunjukkan bahwa kita adalah manusia yang lebih dewasa, kuat, tegar dan bijak, dan lebih utamanya lagi mengalah adalah sikap manusia yg bertanggung jawab untuk mempertahankan dan memelihara komitmen yg telah d bangun.
Mengalah untuk menang.....
semoga manusia yang EGOIS cepet mendapat tuntunan jalan hidup yang benar dari Tuhan yang Maha Kuasa…

Amien ya Rob....

bestk43l

Nasehat Jiwaku (Kahlil Gibran)

Jiwaku berkata padaku dan menasehatiku,
Agar mencintai semua orang yang membenciku, dan berteman dengan mereka yang memfitnahku..
Jiwaku menasehatiku dan mengungkapkan kepdaku, bahwa Cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai, tetapi juga orang yang di cintai...
Sejak saat itu bagiku Cinta ibarat jaring laba-laba diantara dua bunga, dekat satu sama lain..
Tetapi kini, dia menjadi satu lingkaran cahaya di sekeliling matahari, yang tiada berawal pun tiada berakhir..
Melingkari semua yang ada dan bertambah secara kekal...

Jiwaku menasehatiku dan mengajariku, agar melihat kecantikan yang ada di sebalik bentuk dan warna.
Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk dan tabah sampai nampaklah keelokannya..
Sesungguhnya sebelum jiwaku meminta dan menasehatiku, aku melihat keindahan seperti titik api yang tergulung asap..
Tetapi sekarang asap itu telah tersebar dan menghilang, dan aku hanya melihat api yang berkobar...

Jiwaku menasehatiku dan memintaku untuk mendengar suara yang keluar bukan dari lidah maupun dari tenggorokan..
Sebelumnya aku hanya mendengar teriakan dan jeritan di telingaku yang bodoh dan sia-sia..
Tapi sekarang aku belajar mendengar keheningan yang bergema dan melantunkan lagu dari zaman ke zaman. Menyanyikan nada langit, dan menyingkap tabir rahasia keabadian...

Jiwaku berkata padaku dan menasehatiku, agar memuaskanku dengan meminum anggur yang tidak di tuangkan kedalam cangkir-cangkir yang belum terangkat oleh tangan, dan tak tersentuh oleh bibir..
Hingga hari itu kehausanku seperti nyala redup yang terkubur dalam abu.

Tertiup angin dingin dari musim-musim bunga..
Tapi sekarang, kerinduan menjadi cangkirku, Cinta menjadi anggurku, dan kesendirian adalah kebahagiaanku...

Jiwaku menasehatiku dan memintaku, mencari yang tidak dapat di lihat.
Dan jiwaku yang mengungkapkan kepadaku bahwa apa yang kita sentuh adalah apa yang kita impikan...

Jiwaku mengatakan padaku dan mengundangku untuk menghirup harum tumbuhan yang tidak memiliki akar, tangkai, maupun bunga, Dan yang tak pernah di lihat mata..
Sebelum jiwaku menasehatiku, aku mencari bau harum dalam kebun, dalam botol minyak wangi, tumbuh-tumbuhan dan bejana dupa..
Tapi sekarang aku menyadari hanya pada dupa yang tak dibakar, aku mencium udara lebih harum dari semua kebun-kebun di dunia ini dan semua angin di angkasa raya...

Jiwaku menasehatiku dan memintaku agar tidak merasa mulia karena pujian, dan agar tidak disusahkan oleh ketakutan karena cacian..

Sampai hari ini aku berasa ragu akan nilai pekerjaanku, tetapi sekarang aku belajar, bahwa pohon berbunga dimusim bunga, dan berbuah dimusim panas, dan menggugurkan daun-daunnya di musim gugur untuk menjadi benar; telanjang dimusim dingin tanpa merasa mulia dan tanpa ketakutan atau tanpa rasa malu...

Jiwaku menasehatiku dan meyakinkan aku, bahwa aku tak lebih tinggi berbanding cebol ataupun tak lebih rendah berbanding raksasa..
Sebelumnya aku melihat manusia ada dua, seorang yang lemah yang aku caci atau ku kasihani dan seorang yang kuat, yang ku ikuti maupun yang ku lawan dalam pemberontakan..
Tapi sekarang aku tahu, bahwa aku bahkan dibentuk oleh tanah yang sama, dimana manusia diciptakan..
Bahwa unsur-unsurku adalah unsur-unsur mereka dan pengembaraan mereka adalah juga milikku..
Bila mereka melanggar berarti aku juga pelanggar, dan bila mereka berbuat baik, maka aku juga bersama perbuatan baik mereka..

Bila mereka bangkit, aku juga bangkit bersama mereka, bila tinggal di belakang, aku juga menemani mereka....

Jiwaku menasehatiku dan memerintahku untuk melihat bahwa cahaya yang ku bawa bukanlah cahayaku..
Bahwa laguku tidak di ciptakan dalam diriku. Karena meski aku berjalan dengan cahaya, aku bukanlah cahaya..
Dan meskipun aku bermain kecapi yang di ikat kuat dengan dawai-dawaiku, aku bukanlah pemain kecapi...

Jiwaku menasehatiku dan mengingatkan aku untuk mengukur waktu dengan perkataan ini : "disana ada hari semalam dan di sana ada hari esok" pada saat itu aku menganggap masa lampau sebuah zaman yang lenyap dan akan di lupakan, dan masa depan ku anggap suatu masa yang tak bisa ku gapai..
Tapi kini, aku terdidik perkara ini : "bahwa dalam keseluruhan waktu masa kini yang singkat, serta semua yang ada dalam waktu harus di raih sampai dapat"

Jiwaku menasehatiku, saudaraku, dan menerangiku.
Dan seringkali jiwamu menasehatimu dan menerangimu..
Karena engkau seperti diriku, dan tiada beda di antara kita...
Ku simpan apa yang ku katakan dalam diriku ini, dalam kata-kata yang ku dengar, dalam heningku, dan engkau jagalah apa yang ada di dalam dirimu..
Dan engkau adalah penjaga yang sama baiknya seperti yang ku katakan ini.....