Sebaik-baik Istri

Sebaik-baik istri adalah apabila diberi, dia bersyukur; dan bila tak diberi, dia bersabar. Engkau senang bisa memandangnya dan dia taat bila engkau menyuruhnya.

Apabila seorang wanita (istri) menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya niscaya dia akan masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

”Setiap jerih payah istri di rumah sama nilainya dengan jerih payah suami di medan jihad.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri salehah, jika kamu lihat wajahnya maka menyenangkanmu, jika kamu minta sesuatu darinya maka akhlaknya memuaskanmu, jika kamu tak dirumah maka dijaganya dirinya, hartamu & anak2mu, jika kamu dekat dengannya maka sayang & ridho kamu padanya, jika kamu jauh darinya maka rindu kamu padanya

bestkael

Berbagi SUKA dan DUKA


Menonton film2 hollywood, khususnya film drama, ada satu percakapan yang menjadi standar untuk adegan dimana ketika
salah satu tokoh sedang mengalami konflik dan tokoh lainnya bertanya tentang keadaannya.

Biasanya sang tokoh yang sedang cemas itu, atau sedang sedih, atau sedang bingung karena konflik yang dialaminya, akan menjawab “Ya, saya baik2 saja”, meskipun kita tahu bahwa keadaannya tidaklah baik2 saja.

Sebuah ungkapan yang entah siapa pencetusnya berujar kira2 begini “Bila anda sedang berbahagia, bagilah kebahagiaan itu agar terasa lebih besar. Sebaliknya, bila anda sedang bersedih, bagilah kesedihan itu agar terasa lebih ringan.”

Dari kehidupan kita sehari2, tampak jelas sekali untuk membagi kebahagiaan tidaklah sesulit untuk membagi kesedihan.

Sebab dalam kegembiraan karena sesuatu kebahagiaan, kita mudah untuk berbagi, dan kita mudah untuk menemukan seseorang untuk tempat berbagi. Bukankah sangat mudah menemukan teman yang berkata “Ya” untuk setiap undangan makan dalam pesta ulang tahun, pernikahan atau pesta kelulusan?

Lain soal bila kita sedang bersedih. Seperti kebanyakan tokoh di film2, kita cenderung berbohong, merasa enggan atau malu untuk mengungkapkan kesedihan kita, kebingungan kita, kecemasan kita. Karena kita menganggap diri kita akan terlihat lemah atau cengeng karenanya.

Dan bukan hanya itu, juga untuk mencari seseorang yang bersedia mendengar keluh kesah kita, mencari seorang pendengar yang baik bagi kisah sedih kita tidaklah mudah.

Berbagi suka, bertambahlah sukanya.
Berbagi duka, berkuranglah dukanya.

Sungguh berbahagia bila dalam kehidupan ini kita mampu dan bersedia berbagi suka dan duka, bersama orang2 baik yang menjadi sahabat sejati dalam suka dan duka.

sumber : blog tetangga